Biografi Tan Malaka: Bapak Republik yang Sengaja Dilupakan

Ilustrasi - Tan Malaka

Sumber Daya Pikiran - Tan Malaka, lahir dengan nama Ibrahim gelar Datuk Sutan Malaka, adalah salah satu tokoh revolusioner yang sangat berpengaruh dalam sejarah Indonesia. Dia dikenal karena perannya yang besar dalam perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia dan pemikiran revolusionernya yang radikal.

Kisah hidup Tan Malaka dimulai pada awal abad ke-20, ketika dia terlibat dalam gerakan buruh dan politik di Hindia Belanda. Dia menjadi terkenal karena pandangan-pandangannya yang radikal tentang revolusi sosial dan kemerdekaan nasional. Salah satu buku tulisannya yang paling terkenal adalah "Naar de Republiek Indonesia" (Menuju Republik Indonesia), yang diterbitkan pada tahun 1927 dan menjadi manifesto revolusioner yang mempengaruhi banyak pemuda Indonesia pada masa itu.

Buku ini adalah manifesto revolusioner Tan Malaka yang diterbitkan pada tahun 1927. Dalam buku ini, ia membahas tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia dan menyampaikan visi dan cita-citanya untuk Indonesia merdeka. "Naar de Republiek Indonesia" menjadi salah satu karya penting dalam gerakan nasionalis Indonesia pada masa itu dan memengaruhi banyak pemuda Indonesia untuk bergabung dalam perjuangan kemerdekaan.

Pada tahun 1926, Tan Malaka terlibat dalam Pemberontakan PKI di Jawa Tengah dan memainkan peran penting dalam upaya untuk meraih kemerdekaan Indonesia. Namun, setelah pemberontakan itu gagal, dia menjadi buronan pemerintah kolonial Belanda. Tan Malaka kemudian melarikan diri ke luar negeri, menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam pengasingan.

Tan Malaka, dalam perjalanan hidupnya yang penuh liku, melarikan diri dari berbagai negara dan menggunakan berbagai identitas untuk menghindari pengejaran dan penangkapan oleh pihak penjajah Belanda. Pelariannya dimulai setelah pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1926 di Jawa Tengah yang gagal. Setelah pemberontakan itu, dia menjadi buronan dan memutuskan untuk meninggalkan Indonesia.

Pertama, Tan Malaka melarikan diri ke Singapura, di mana dia menggunakan identitas palsu untuk menghindari penangkapan. Di sana, dia bergabung dengan komunitas pergerakan kemerdekaan Indonesia yang berbasis di luar negeri. Namun, dia segera menyadari bahwa Singapura tidak aman bagi dirinya, karena pihak penjajah Belanda memiliki pengaruh yang kuat di sana.

Setelah Singapura, Tan Malaka melanjutkan pelariannya ke berbagai negara, termasuk Malaysia, Thailand, dan Filipina. Di setiap negara yang dia kunjungi, dia menggunakan berbagai identitas palsu untuk mengelabui pihak berwenang dan menghindari penangkapan. Selama di luar negeri, dia terus mengorganisir komunitas Indonesia yang berbasis di sana dan berusaha memperjuangkan dukungan internasional untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Pelariannya membawanya ke berbagai negara di Asia Tenggara dan Asia Timur, termasuk China dan Jepang. Di Jepang, dia bertemu dengan berbagai tokoh revolusioner dan intelektual dari berbagai negara, dan memperluas jaringan kontaknya di antara komunitas pergerakan kemerdekaan di Asia.

Meskipun hidupnya di luar negeri penuh dengan tantangan dan risiko, Tan Malaka terus berjuang untuk kemerdekaan Indonesia dan menggunakan setiap kesempatan untuk memperjuangkan hak-hak rakyat Indonesia di forum internasional. Meskipun perjalanannya penuh dengan bahaya, dia tidak pernah melupakan tujuannya yang mulia untuk melanjutkan perjuangan demi kemerdekaan Indonesia. Pada akhirnya, pelariannya yang panjang dan berliku membantu memperkuat dukungan internasional untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia dan menjadikannya salah satu tokoh terpenting dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Selama pelariannya, Tan Malaka terus berjuang untuk kemerdekaan Indonesia, mengunjungi berbagai negara dan mengorganisir komunitas-komunitas Indonesia di luar negeri. Dia juga menjadi anggota Komite Indonesia untuk Persiapan Kemerdekaan (KIPK) dan berusaha memperjuangkan dukungan internasional untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Meskipun hidupnya dipenuhi dengan pelarian dan pengasingan, Tan Malaka tetap menjadi sosok yang dihormati dan dihargai dalam sejarah Indonesia. Kontribusinya terhadap pergerakan kemerdekaan Indonesia dan pemikiran revolusionernya yang kuat terus diingat dan dihargai oleh banyak orang Indonesia hingga hari ini.

Selain perjuangannya untuk kemerdekaan Indonesia, Tan Malaka juga dikenal karena kehidupan pribadinya yang kontroversial. Dia memiliki beberapa istri dan anak-anak, dan hubungan cintanya sering menjadi subjek pembicaraan dalam sejarah Indonesia. Meskipun demikian, warisannya sebagai pejuang kemerdekaan dan pemikir revolusioner yang gigih tetap menjadi inspirasi bagi banyak orang Indonesia.

Pada tanggal 21 Februari 1949, Tan Malaka ditangkap oleh pasukan tentara Indonesia yang setia kepada pemerintah Republik Indonesia yang sah di bawah pimpinan Soekarno dan Hatta. Penangkapan ini terjadi dalam konteks politik yang tegang, di mana Tan Malaka dianggap sebagai tokoh kontroversial yang berpotensi mengganggu stabilitas politik yang sedang berlangsung.

Setelah ditangkap, Tan Malaka kemudian dieksekusi oleh pasukan tersebut di pinggiran hutan di dekat Kediri. Meskipun detail eksekusi tersebut tidak sepenuhnya jelas, namun kabarnya Tan Malaka dieksekusi dengan ditembak.

Daftar Referensi

Tan Malaka. (1970). Dari Penjara ke Penjara 

Badruddin. (2020). Kisah Tan Malaka dari Balik Penjara dan Pengasingan

Harry A. Poeze. (2020) Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia (Jilid 5) 

Tempo. (2020). Tan Malaka : Bapak Republik yang dilupakan. Tempo
 
Lebih baru Lebih lama