Sumber Daya Pikiran - Sewajarnya memang pantas pengarang satu ini dilabeli "si omong kosong" dengan melihat penjabaran dan paparan yang ditampakkannya pada puisinya itu. Entah, intrik atau memang sebenarnya ia begitu secara latar belakangnya, tapi yang jelas "si omong kosong" ini tidak main-main memperlakukan kata "omong kosong" menjadi satu yang menarik sekaligus ketidakmenarikan pada apa-apa yang ia tuliskan.
Puisi yang terlihat tampak membosankan itu ia berikan judul "Ungkapan Cinta Paling Asal-asalan". Puisi itu menciptakan gambaran yang kaya akan metafora dan simbolisme tapi klise, dan parahnya ia menggambarkan ekspresi cinta yang kompleks dan terkadang bertentangan. Penyair menggunakan bahasa yang puitis tapi klise dan imajinatif untuk menyampaikan perasaan cinta masa mudanya, keindahan yang tidak indah, dan kerumitan hubungan cinta masa muda, serta hal-hal yang disambungkan untuk tampak nyambung antara satu dengan yang lainnya.
Sekiranya agar lebih jelas dan pasti, puisi ini dilihat dari buku "Sebuah Omong Kosong Cinta Masa Remaja" dan postingan Instagram milik pribadinya @ah_rzkiii (20/1/2024). Berikut puisi "Ungkapan Cinta Paling Asal-asalan" secara utuh.
Ungkapan Cinta Paling Asal-asalan
Bulan perak meleleh
di cawat biru milikMu
lalu bintang dan cuaca
ekstrim gentayangan bagai
kenyataan yang sumbang dan menyakitkan.Aku ingin ucapkan terima kasih,
tapi juga minta maaf.
Karena cinta terlanjur bikin
aku jumawa, bikin
dahaga hidupku ludes, bikin
sejarah hidupku berlaga hebat
dan paling sempurna.Bulan perak meleleh
di cawat biru milikMu
lalu aku selalu ingin
mengucap cinta.Ungkapan cinta adalah bahasa
politik yang bengis, tapi
juga manis. Ungkapan cinta
bermula dari pohon khuldi
yang dikoyak Adam untuk
menambah hasrat hidupnya.
Atau sekadar ucapan salam
hidup dan mati cinta kita berdua.
Bulan perak meleleh
di cawat biru milikMu
Dan selalu ingin kukatakan:
Sajak ini tak berhak
atas tubuhMu,
atas udara yang jorok, atas
daun takdir, arak nasib, judi
kehidupan, setan politik,
preman agama, dewa
motivasi, tuan-tuan
ekonomi, centeng-centeng
kolonial, hukum rimba, ikan-ikan
mati akibat laut kotor dan najis,
dan atas utopia masa depan.
Namun berhak atas
cintamu, kasihmu, bibirmu, mata
cantikMu, atau hal-hal yang
terlanjur nempel di peristiwa
hidup kita.Bulan perak meleleh
di cawat biru milikMu
lalu angin membuka
pintu dimensi ke Jayakarta,
Majapahit, Demak, Salakanegara,
Ottoman Empire, Abbasiyah,
Romawi, Muawiyah, Persia,
Mesopotamia, Madinah,
Konstantinopel, Babilonia,
Dinasti-Dinasti, Raja-Raja,
atau Meikarta, Pantai Indah
Kapuk, pembangunan Situ
Gintung, dan enigma lainnya.Bulan perak meleleh
di cawat biru milikMu
lalu ingin kuselimuti tubuhMu
dengan lembut.Betapa rotasi waktu
berjalan kilat, tahun
paceklik, musim
tak tentu, keyakinan resesi,
syukur redup, dan geliat
bercinta hilang hasratnya.Aku tahu orang-orang mengharamkan
babi, tapi juga meneguk khamar.
Atau memaki-maki perzinaan
tapi mengizinkan pelacuran.
Atau membenci kekacauan
tapi menghalalkan kecurangan.
Atau mengutuk pemerintah
tapi memilih uangnya.
Atau meributkan hal-hal kecil
tapi membiarkan bencana besar.
Atau membodohi dirinya
tapi merasa besar di depan orang lain.Bulan perak meleleh
di cawat biru milikMu
lalu basahlah mata
dan selangkanganMu.Aku tetap cinta padaMu
dengan biasa saja dan ala kadarnya.
Cintaku tetap begini dan begitu,
atau terlanjur sedikit menggelora.Ah, cintaku.
Bulan perak melelehdi cawat biru milikMu
lalu sajak tetaplah sajak,
atau kertas menjelma batas
takdir cinta kita berdua, atau
umur bulan yang panjang, atau
hasrat kebodohan kala
bercinta denganmu, dan hasrat
keabadian dalam ungkapan
cintaku padamu.Bulan perak meleleh
di cawat biru milikMu
lalu aku mencintaimu
dengan ala kadarnya.Ciputat, 2022
Melihat omong kosong yang diberikan judul "Ungkapan Cinta Paling Asal-asalan" tampak jelas bahwa pengarang suka dan berminat lebih kepada hal-hal yang sifatnya omong-omong atau ungkapan-ungkapan yang sifatnya bertele-tele, alias dalam bahasa gampangnya: omong kosong.
Judul tersebut jika saya maknai adalah ekspresi cinta pengarang yang asal-asalan. Maksudnya, pengarang dengan berani bahwa (mungkin) cinta baginya harus ada unsur omong kosong sebagai pelengkap dari satu hal yang ia sebut cinta. Entah mengapa demikian, agaknya memang ia merencanakan sesuatu atau memang ia polos untuk terus terang akan hal-hal yang tak perlu itu sehingga menjadikannya pantas mendapatkan julukan "Si Omong Kosong".
Lebih lanjut, melihat omong kosong itu, yang harus diperhatikan adalah pertama, keterlaluan kiasan, kedua, keserakan tema, ketiga, kelambatan ritme, keempat, kritik yang universal sehingga tergolong buang-buang waktu dan mengurangi kelogisan dan kelima, tergolong masih abstrak. Sebetulnya apabila ingin melihat lebih jauh pasti banyak kekurangan yang terlihat jelas bahwa pengarang itu adalah "si omong kosong".
Keterlaluan kiasan bisa dilihat pada puisi di atas campuran kompleks dan kreatif, yang mungkin membuat pembaca kesulitan untuk menguraikan makna sebenarnya. Penggunaan metafora yang melimpah mungkin membuat pemahaman menjadi kabur bagi beberapa pembaca. Beberapa metafora seperti "Bulan perak meleleh di cawat biru milikMu" mungkin terasa terlalu simbolis dan sulit diuraikan, dan tentunya bisa kita lihat sendiri kiasan-kiasan itu sulit untuk dimaknai.
Perihal tema, puisi ini menggabungkan banyak elemen dan tema, termasuk sejarah, politik, agama, dan cinta. Namun, keserakan ini bisa membuat pesan utama terpecah, dan pembaca mungkin kesulitan mengikuti benang merah yang jelas. Ungkapan cinta yang digambarkan dengan metafora yang intens mungkin menyebabkan keabstrakan yang berlebihan, membuat kesan tersendiri bagi pembaca tetapi pada saat yang sama mengurangi kejelasan pesan yang disampaikan.
Kelambatan Ritme, dan hal-hal yang menyangkut bebunyian dan strukturnya, dapat ditilik dari pengulangan frasa "Bulan perak meleleh di cawat biru milikMu". Dengan hal itu, dapat membingungkan pembaca yang mungkin dapat mengakibatkan kekakuan atau monoton dalam ritme. Harusnya diberikan variasi lebih lanjut agar meningkatkan dinamika puisi.
Kritik yang digunakan masih universal sehingga tergolong buang-buang waktu dan mengurangi kelogisan itu ditilik dari beberapa kalimat tentang ironi dan kritik sosial mungkin memerlukan penjelasan atau fokus yang lebih tajam untuk memberikan dampak yang lebih kuat. Beberapa konsep mungkin terasa terpisah tanpa penggabungan yang kuat. Meskipun ada penggunaan ironi terhadap nilai moral dan norma sosial, terkadang kurang jelas bagaimana hal ini terhubung dengan narasi cinta atau memberikan dampak yang substansial. Selain itu, Meskipun ada upaya menyentuh isu kritik sosial, penyajian kritik tersebut bisa lebih terstruktur agar pembaca lebih mudah meresapi pesan kritiknya. Parahnya, referensi sejarah yang digunakan, seperti Jayakarta, Majapahit, dll., dapat membuat pembaca yang kurang umum dengan sejarah tertentu merasa kebingungan.
Tergolong masih abstrak karena beberapa bagian puisi mungkin terlalu simbolis dan terbuka untuk interpretasi yang beragam, meninggalkan pembaca dengan risiko kekaburan makna. Kesenjangan interpretatif ini dapat mengurangi dampak keseluruhan pesan yang ingin disampaikan. Selain itu, Beberapa bagian mungkin memerlukan lebih banyak penjelasan atau konteks agar pembaca dapat lebih baik memahami maknanya. Keseimbangan antara keindahan ungkapan dan kejelasan pesan dapat meningkatkan aksesibilitas puisi. Lebih-lebih, beberapa referensi sejarah atau tempat mungkin terlalu klasik atau bersifat khusus, yang dapat membuat pembaca yang kurang akrab dengan konteks tersebut merasa terasing.
Menakar Kritik dalam Omong Kosongnya
Data 1 Mengutuk perzinahan tapi mengizinkan pelacuran.
Data 2 Mengharamkan babi, tapi juga meneguk khamar.
Data 3 Membenci kekacauan tapi menghalalkan kecurangan.
Data 4 Meributkan hal-hal kecil tapi membiarkan bencana besar.
Data 5 Mengutuk pemerintah tapi memilih uangnya.
Data-data di atas bisa menjadi example dari upaya kritik yang terdapat dalam omong kosongnya.
Dilihat dari "Data 1", kritik itu bisa mengandung benturan antara norma dan tindakan sehari-hari, pengaturan standar moral yang selektif, ambivalensi terhadap normal seksualitas, ambiguitas dalam moralitas seksualitas, paradoks dalam penghakiman sosial, dualitas dalam hukuman dan izin, kritik terhadap ketidakseimbangan etika, dinamika etika dan hedonisme. perbedaan perlakuan terhadap dosa-dosa tertentu, dan ketidakpastian dalam penentuan kesalahan dan kebaikan.
Dicerna dari "Data 2", omong kosongnya itu mengandung wawasan terhadap ironi moral dalam agama, dilema moral dalam pilihan pribadi, ambivalensi terhadap moralitas konvensional, wawasan hipokrisi kelompok sosial, dualitas pemahaman tentang hukum agama, dualitas dalam penilaian etika, ambiguitas dalam penilaian moral, dan ketidakjelasan dalam standar moral.
Dilihat dari "Data 3", omong kosongnya itu mewacanakan ambivalensi terhadap kebajikan dan dosa, pertanyaan tentang ketidaksesuaian hukum dan moral, kritik terhadap norma moral yang sifatnya selektif, hipokrisi dalam pengutamaan nilai agama, ketidakjelasan dalam penolakan moral, pertentangan dalam etika konvensional, dan ketidakpastian dalam definisi kebajikan.
Ditilik dari "Data 4", omong kosongnya mewacanakan manipulasi dalam interpretasi moral, batas moral yang gampang berubah, ambivalensi terhadap keberlanjutan moral, dan pertentangan dalam pandangan terhadap hiburan.
Selanjutnya dari "Data 5", omong kosongnya mewacanakan etika individu dalam keputusan finansial, kritik kebijakan moral pemerintah, ironi penolakan terhadap kecurangan, wawasan terhadap kontradiksi dalam nilai sosial, ketidakpastian dalam standar etika, kontradiksi dalam hukum moral serta masih banyak lainnya.
Pembentukan Identitas
Pembentukan identitas penyair merupakan aspek penting dalam puisi yang mencerminkan cara penyair menggambarkan dirinya sendiri, pengalaman hidupnya, dan cara pandangnya terhadap dunia. Identitas penyair dapat tercermin dalam pemilihan kata, gaya bahasa, serta referensi dan simbol-simbol yang digunakan.
Ungkapan Cinta Paling Asal-asalan menggambarkan pengalaman cinta melalui penggunaan bahasa yang kaya dan citra imajinatif. Gaya bahasa yang digunakan menciptakan gambaran bulan perak, cawat biru, dan elemen alam lainnya, membentuk latar belakang yang kuat untuk ungkapan cinta. Imajeri ini tidak hanya merangkum keindahan tetapi juga menciptakan kedalaman dan kompleksitas dalam pengalaman emosional.
Dalam pembentukan identitas, puisi ini menonjolkan kontradiksi dan paradoks yang mewarnai pengalaman cinta. Sebagai contoh, kontras antara jumawa dan dahaga hidup yang ludes menyoroti sifat kompleks dari ikatan emosional. Pilihan kata-kata yang tajam dan intens menambah lapisan dalam pemahaman cinta yang tidak dapat direduksi menjadi simpel.
Aspek politik dan keagamaan dalam ungkapan cinta membawa dimensi sosial yang lebih luas. Puisi mengeksplorasi hubungan antara cinta, politik yang bengis, dan manisnya agama. Pemilihan kata yang tepat menggambarkan dualitas ini dengan indah, menciptakan narasi yang menyelidiki identitas pribadi dan sosial.
Referensi budaya dan sejarah memperkaya makna puisi ini. Dengan merujuk pada tempat-tempat seperti Jayakarta, Majapahit, dan sejarah lainnya, penyair mengaitkan pengalaman cinta dengan identitas budaya dan sejarah, menambah dimensi kekompleksan identitas yang tergambar dalam puisi.
Penggunaan konsep waktu dan rotasi menambah elemen filosofis ke dalam karya ini. Puisi menyampaikan perubahan dan perjalanan cinta sepanjang waktu dengan memanfaatkan simbolisme rotasi waktu. Hal ini memberikan dimensi temporal pada identitas yang terus berubah seiring perjalanan waktu.
Secara keseluruhan, puisi ini memungkinkan kita untuk mengeksplorasi kontradiksi, makna mendalam, dan kompleksitas identitas yang terbangun melalui pengalaman cinta yang diungkapkan dalam karya sastra ini.
Psikologis Ahmad Rizki
Analisis psikologi pengarang dari puisi ini dapat melibatkan pemahaman lebih dalam terkait emosi, konflik internal, dan pandangan hidup yang tercermin dalam ungkapannya. Beberapa elemen psikologis yang mungkin terkandung dalam puisi ini dapat diperhatikan:
Emosional dan Konflik: Pengarang mengekspresikan perasaan cinta dengan keindahan dan kepedihan yang bersamaan. Konflik emosional ini dapat mencerminkan kompleksitas hubungan pribadi atau pengalaman cinta yang rumit dalam kehidupannya. Pernyataan "Aku ingin ucapkan terima kasih, tapi juga minta maaf" mencerminkan adanya konflik internal terkait perasaan bersalah dan rasa syukur dalam konteks cinta. Hal ini bisa mengungkapkan pengalaman emosional yang intens.
Lebih lanjut, pilihan bahasa dan gambaran dalam puisi mencerminkan ekspresi diri dan kreativitas pengarang. Cara pengarang menyusun kata-kata dan memilih gambaran dapat mencerminkan cara ia menyampaikan dan merayakan pengalaman pribadinya. Pemakaian simbolisme, seperti basahnya mata dan selangkangan, dapat merujuk pada dimensi fisik dan emosional dari cinta. Ini memberikan pandangan lebih dalam terhadap perasaan dan pengalaman pribadi pengarang.
Cinta dan Identitas: Puisi ini mengaitkan cinta dengan identitas dan pandangan sosial. Pengarang mencoba menyelidiki bagaimana cinta mempengaruhi persepsi diri, serta bagaimana identitasnya tercermin dalam ekspresi cinta pada puisinya tersebut. Selain itu, identitas terlihat dari referensi ke tempat-tempat sejarah dan budaya mungkin mencerminkan ketertarikan dan pengaruh budaya serta sejarah dalam pemikiran pengarang. Ini bisa memberikan wawasan tentang bagaimana pengarang menafsirkan dan meresapi pengalaman hidupnya.
Selanjutnya, ia menunjukkan keberanian untuk mengeksplorasi dimensi yang tidak hanya romantis, tetapi juga kompleks dan seringkali kontradiktif dari cinta. Kejujuran dalam ungkapan mungkin mencerminkan keberanian untuk menggali ke dalam rasa dan pikiran yang mungkin tidak selalu konvensional. Uniknya, ia juga menghubungkan ungkapan cinta dengan politik yang bengis dan manis, serta menyisipkan referensi agama. Ini dapat menggambarkan pandangan pengarang terhadap kompleksitas hubungan antara cinta, kebijakan politik, dan agama dalam kehidupan sehari-hari.
Aspek Sosial
Cerminan sosial yang tajam dibahas dalam sejumlah isu dan kontradiksi masyarakat pada puisinya. Berikut adalah beberapa aspek kritik sosial dan kelas sosial yang dapat dikenali dalam puisi tersebut:
Kata-kata "Politik yang bengis" adalah ungkapan yang menggambarkan politik sebagai sesuatu yang kejam dan tanpa belas kasihan. Ini bisa diartikan sebagai kritik terhadap kebijakan politik yang mungkin dianggap merugikan atau tidak adil bagi masyarakat. Penggunaan kata "bengis" menyoroti sifat yang keras dan tidak manusiawi dari kekuasaan politik. Terlebih, ia juga tambahkan kata "manis", ia menciptakan kontras antara politik yang kejam dan manis. Ini mungkin merujuk pada dualitas politik, di mana terdapat aspek-aspek yang dapat dianggap pahit dan menyakitkan, tetapi juga ada sisi-sisi yang dapat dianggap manis atau menyenangkan bagi pihak-pihak tertentu. Selain itu, pada kata "Cawat biru" menyelipkan gambaran kelas sosial melalui referensi simbolik seperti "cawat biru." Mungkin merujuk pada pekerja kelas bawah atau lambang ketidaksetaraan sosial.
Gambaran akan kelas sosial dapat ditilik dari gambaran yang merujuk pada sejumlah tempat sejarah, seperti Jayakarta, Majapahit, Ottoman Empire, dan lainnya. Referensi ini bisa menggambarkan bagaimana kekuasaan dan politik telah membentuk sejarah dan mempengaruhi kelas sosial di berbagai masa dan tempat. Selain itu, ungkapan "tuan-tuan ekonomi" menunjukkan kritik terhadap kebijakan ekonomi dan kekuasaan ekonomi yang mungkin dipegang oleh kelompok tertentu. Kritik ini mencerminkan ketidaksetaraan ekonomi dan adanya kecenderungan pemusatan kekayaan pada sekelompok kecil. Terlebih, pada kata-kata "preman agama" dan "centeng-centeng kolonial" dapat diartikan sebagai kritik terhadap praktik korupsi dalam berbagai bentuk, termasuk dalam ranah agama dan kebijakan kolonial.
Melihat omong-omong di atas dari penjelasan yang ruwet, saya kira amat jelas bahwa Ahmad Rizki tidak main-main memakai kata “Omong Kosong” sebagai bahan ungkapan cintanya dan apa-apa yang telah dijabarkan di atas. Namun, sungguh disayangkan, ia terlalu bertele-tele sehingga menyebabkan banyak orang bahkan semua orang kurang suka dengan hal-ihwal yang sifatnya bertele-tele atau omong kosong. Ya, begitulah kenyataannya. Dan lihatlah, betapa naifnya Ahmad Rizki.