"Who Looks Inside, Awakes" Analisa Carl G. Jung Tentang Kecemasan

Ilustrasi - Carl Gustav Jung

“Who looks outside, dreams; who looks inside, awakes.” - Carl Gustav Jung

Sumber Daya Pikiran - "Siapa yang melihat ke luar, bermimpi," berarti bahwa, ketika fokus seseorang terkonsentrasikan pada serangkaian dunia luar atau rangsangan eksternal, mereka mungkin hanya bermimpi. Hal ini berarti kecenderungan untuk terlarut dalam keasyikan tentang harapan, fantasi, atau upaya mencapai tujuan dari hasrat yang bersifat eksternal.

Sedang, dalam kalimat "siapa yang melihat ke dalam, terbangun" yang berarti, ketika seseorang mengalihkan focus dan perhatiannya kepada rangsangan yang bersifat internal, maka ia akan terlibat dalam refleksi diri yang mendalam, dengan menyelami pikiran yang terselubung dan tersembunyi, semua proses emosi, dan rangkaian proses di alam bawah sadar. Orang-orang dengan kesadaran ini tergerak menuju keadaan reflektif dengan hal-hal yang bersifat internal atau realisasi diri.

Sebuah ungkapan dari salah satu Psikolog terkenal, Carl Gustav Jung, yang secara harfiah berarti siapa yang melihat ke luar, ia bermimpi, sedang siapa  yang melihat ke dalam, dia dalam keadaan terbangun. Kalimat ini bicara tentang Kesadaran diri dan pemahaman dunia bawah sadar manusia adalah sebuah rangsangan yang penting untuk melalui masalah pertumbuhan yang komples dan transformasi individu menjadi manusia yang utuh.

Kini, gangguan kecemasan adalah masalah yang dihadapi oleh banyak orang. Perubahan lanskap yang membuat dunia memiliki cara berbeda dalam melihat dan menyikapi segala sesuatu telah mengarahkan masyarakat pada paradigma baru tentang bagaimana masyarakat ter-ninabobo-kan oleh kenyataan yang dikonsumsi lewat berbagai tayangan di sosial media.

Masalah kecemasan telah menjadi topik pembahasan yang menarik di dunia modern, realitas baru yang memaksa manusia merasakan kecemasan yang menantang. Masalah psikologis ini cukup meresahkan, dan menjadi hal yang lumrah dialami oleh banyak individu di seluruh dunia.

Carl Gustav Jung, merupakan salah satu pakar psikologi di bidang psikologi analitis dan simbolisme yang merupakan keyakinan yang diimani oleh sebagian besar manusia dalam hidupnya memiliki pandangan yang menarik dalam duduk persoalan ini. Kontribusi Jung dalam psikologi analitik telah mewarnai keilmuan psikologi melalui berbagai hal yang berkaitan dengan masalah pemahaman kita tentang pengaruh internal atau alam bawah sadar, yang termasuk di dalamnya perihal kecemasan.

Menurut Jung, ketidaksadaran adalah bagian yang integral dari kehidupan seorang manusia. Berarti, hal ini memberikan kontribusi besar tentang bagaimana seseorang hidup dan menjalani hidupnya. Dalam struktur kepribadian yang bersifat internal, Jung melakukan identifikasi terhadap dua lapisan utama, yakni ketidaksadaran pribadi (self unconsiusness) dan ketidaksadaran kolektif (collective unconsiusness). Gangguan kecemasan, menurut Jung, yang mencuat dari masalah ketidaksadaran, terutama dari ketidak sadaran pribadi yang di dalamnya mengandung konflik internal dan emosi yang terpendam.

Jung menekankan pentingnya arketipe, yaitu pola-pola yang menjadi fokus penelitian Jung dalam analisa psikologisnya. Sebuah pola-pola simbolik dan gambaran kolektif yang muncul secara konsisten dalam mitos, mimpi, dan kisah-kisah budaya, yang secara tidak sadar mempengaruhi proses individu dalam menjalani kehidupannya. Secara universal simbol-simbol semacam ini muncul dari ketidaksadaran kolektif yang terinstal dalam diri seorang individu.

Arketipe juga terkait dengan norma dan nilai budaya yang menjadi standar sosial dari sebuah kelompok masyarakat. Jika seseorang merasa tidak memenuhi standar yang telah ditentukan oleh budaya atau mengalami ketidaksesuaian dengan arketipe yang diakui oleh masyarakat sekitar, hal ini dapat menyebabkan kecemasan sosial atau perasaan tidak memadai. Perasaan gelisah secara otomatis menjadi hal yang tidak bisa dipilih.

Kecemasan tercermin pada simbol-simbol universal yang merujuk pada konsep-konsep seperti kehilangan, kehancuran, atau konflik. Dalam perjalanan perkembangan individu, seseorang mungkin menghadapi konflik internal antara berbagai aspek diri mereka yang muncul berdasarkan standar arketipe.

Jung mengatakan bahwa “Semua energi yang terikat dalam ikatan keluarga harus ditarik dari lingkaran yang lebih sempit ke lingkaran yang lebih besar, karena kesehatan psikis individu dewasa, yang di masa kanak-kanak hanyalah partikel yang berputar dalam sistem yang berputar, menuntut dirinya menjadi pusat dari sistem baru.” Hal ini mengindikasikan norma yang diterima secara umum di kelompok masyarakat tertentu yang berpengaruh dengan bagaimana seseorang menjalani hidupnya.

Dalam perihal kecemasan, arketipe bisa mencakup figur-figur seperti "Bayangan" yang mencerminkan aspek-aspek diri yang tersembunyi, seperti arketipe "Anima/Animus" yang mencerminkan aspek feminin/maskulin dalam diri seseorang. Kecemasan secara optomatis timbul saat individu tidak menyadari atau menolak aspek-aspek yang merupakan standar simbolis ini.

Jung percaya bahwa proses perkembangan individu merupakan proses jangka panjang tentang pemahaman dan penerimaan terhadap diri sendiri secara mendalam, akan sangat membantu seseorang dalam mengatasi gangguan kecemasan. Salah satu bagian yang penting adalah mengenali tentang arketipe dan secara lebih baik lagi memahami berbagai aspek perihal diri kita sendiri, baik yang disadari maupun tidak akan membawa kesatuan identitas dan keseimbangan dari dalam diri kita sendiri.

Menurut Jung, kecemasan bisa dianggap sebagai pertanda adanya ketidakseimbangan antara aspek-aspek kepribadian yang berbeda. Ketika arketipe dalam ketidaksadaran menjadi terlalu dominan atau ditekan (repression), hal tersebut akan mengarahkan seseorang pada rasa ketidakseimbangan dan pada akhirnya akan membuat seseorang tersebut mengalami gangguan kecemasan.

Jung melihat bahwa bayangan yang muncul sebagai bagian yang integral dari dalam diri sendiri merupakan bagian yang paling sering kali diabaikan atau ditekan. Kecemasan timbul ketika individu tidak menyadari atau menolak untuk menghadapi sisi gelap atau aspek negatif dari diri mereka sendiri yang tercermin dalam imajinasi mereka sendiri.

Dalam menyikapinya, Jung menganjurkan individu untuk terlibat pada proses perkembangan diri sendiri secara mendalam. Hal ini melibatkan pengakuan dan penerimaan terhadap semua aspek diri, baik yang dianggap positif maupun negatif. Dengan menerima dan memahami sisi gelap dari diri sendiri, individu dapat mengurangi konflik dan kecemasan yang terkait. Proses ini mendorong integrasi yang lebih baik antara masalah batasan ketidaksadaran dan sadar.

Dalam perspektif Carl Gustav Jung, kecemasan dilihat sebagai cerminan konflik internal dan ketidakseimbangan antara aspek-aspek kepribadian yang berbeda dalam diri mereka sendiri. Pendekatan Jung terhadap masalah kecemasan menekankan pada proses individu untuk secara aktif terlibat dalam proses pemahaman dan integrasi diri melalui proses refleksi dan introspeksi diri.

Daftar Referensi

Jung, Carl Gustav. 1968. Analytical psychology: Its theory and practice (The Tavistock lectures). Routledge.

Jung, Carl Gustav. 1995. Memories, Dreams, and Reflections. (Richard Winston & Clara Winston) Fontana Press, London.

Mello, Jesamine. A Jungian Approach to Anxiety and Depression. https://jungplatform.com/article/a-jungian-approach-to-anxiety-and-depression

Cuncic, Arlin MA. 2023. What Is Jungian Therapy?. https://www.verywellmind.com/what-is-jungian-therapy-5211138

Cherry, Kendra MSed. 2023. What Are the Jungian Archetypes?. https://www.verywellmind.com/what-are-jungs-4-major-archetypes-2795439

Lebih baru Lebih lama