Sumber Daya Pikiran - Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang kekuasaannya dipegang oleh rakyat. Hal ini memungkinkan warga negara untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan melalui metode seperti pemilu dan proses demokrasi lainnya.
Sistem ini didasarkan pada prinsip kesetaraan, kebebasan
berekspresi, dan perlindungan hak asasi manusia. Salah satu fitur krusialnya
adalah pemilihan perwakilan, di mana masyarakat memilih pemimpin mereka untuk
mewakili kepentingan dan perspektif mereka di lembaga-lembaga pemerintah.
Demokrasi juga mengedepankan akuntabilitas pemerintah, dimana pemimpin terpilih
bertanggung jawab kepada rakyat.
Perdebatan seputar apakah demokrasi merupakan sistem yang
baik sering kali menjadi pusat diskusi dan analisis. Terdapat berbagai
perspektif mengenai demokrasi, dan penilaian terhadap sistem ini dapat sangat
bervariasi tergantung pada konteks sejarah, budaya, dan nilai-nilai masyarakat
tertentu.
Meskipun memberikan kesempatan kepada warga negara untuk
menyuarakan pendapatnya, demokrasi bukannya tanpa tantangan, seperti risiko
populisme, pendanaan politik, dan kesulitan dalam mencapai konsensus. Meski
demikian, sebagai bentuk pemerintahan yang menyerahkan kedaulatan di tangan
rakyat, demokrasi tetap dipandang sebagai model yang mampu menciptakan
masyarakat yang adil, inklusif, dan responsif serta mampu memenuhi kebutuhan
warga negaranya secara keseluruhan.
Dalam bukunya yang mengundang kontroversi, “How Democracies
Die,” Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt memaparkan fenomena yang mungkin akan
memberikan ancaman terhadap keberlangsungan demokrasi modern, yang dipengaruhi
oleh penetrasi yang berlebihan dari kepentingan para elit politik, praktik jual
beli suara, dan transaksional politik yang merugikan praktik demokrasi.
Tulisan Levitsky fokus pada pembongkaran dasar-dasar nilai
demokrasi dan pengambilalihan kekuasaan oleh elit politik, yang mendorong kita
untuk memikirkan secara mendalam tentang bagaimana demokrasi dapat kehilangan
arti sebagai bentuk pemerintahan yang dilakukan oleh rakyat. Levitsky
menyampaikan bahwa ancaman terbesar bagi demokrasi saat ini adalah dominasi
kekuasaan oleh para elit.
Levitsky mengungkapkan betapa berbahayanya kematian
demokrasi saat hak suara yang seharusnya menjadi kekuatan rakyat,
disalahgunakan melalui praktik menjual dan membeli suara. Tanpa disadari,
sistem ini menciptakan lingkungan di mana pemilih terikat pada insentif finansial atau janji-janji spesifik demi mempertukarkan suaranya. Hal ini
mengancam fondasi demokrasi yang seharusnya memberikan kebebasan individu untuk
memilih tanpa intervensi.
Politik transaksional telah merusak citra demokrasi, dimana
hubungan antara pemilih dan politikus bukan lagi didasarkan pada representasi
kepentingan, namun lebih kepada transaksi politik yang pragmatis. Pemilih sudah
tidak lagi memilih berdasarkan preferensi pemilihan yang otentik dari pilihan mereka, yang mana merupakan hakikat dari pemilihan umum.
Levitsky menyatakan betapa pentingnya peran media dalam menentukan arah demokrasi ke depan. Elit politik yang mengendalikan media dapat membentuk naratif yang mendukung agenda mereka sendiri. Dengan kurangnya variasi informasi, masyarakat kehilangan pandangan yang objektif dan kritis terhadap kandidat dan kebijakan yang disajikan. Hal ini menyebabkan pemilih yang lebih mudah dipengaruhi dan kurang berpikir secara kritis.
Dalam analisisnya, Levitsky memanfaatkan kasus-kasus dunia
nyata seperti Venezuela dan Turki untuk mendemonstrasikan teorinya. Ia
menyoroti bagaimana konsolidasi kekuasaan yang dilakukan oleh para elit politik
menyebabkan penurunan kualitas demokrasi, dan memperlihatkan betapa rentannya
demokrasi terhadap perubahan-perubahan yang merugikan. Jadi, bagaimana kita
bisa melawan ancaman terhadap demokrasi ini? Levitsky menekankan pentingnya
reformasi politik dan pergeseran budaya politik. Menekankan transparansi,
mengurangi pengaruh kepentingan finansial dalam politik, dan mendorong
pendidikan politik yang kritis merupakan langkah-langkah integral dalam menjaga
integritas demokrasi.
Levitsky percaya bahwa kita harus serius dalam menanggapi ancaman terhadap demokrasi. Untuk membangun kembali demokrasi yang sejati dan berpihak pada rakyat, kita perlu menegaskan kembali nilai-nilai demokrasi yang inklusif, mencegah elite politik menguasai kekuasaan, dan mendorong partisipasi aktif masyarakat. Dengan berani menantang praktik-praktik yang merugikan, kita dapat memastikan bahwa demokrasi tidak hanya tetap bertahan, tetapi juga menjalankan fungsi pemerintahan yang berpihak pada kepentingan rakyat secara lebih maksimal.