Sumber Daya Pikiran - Paradigma sosial mengalami pergeseran yang signifikan, terutama dalam urusan budaya konsumsi. Dinamika sosial era postmodern memunculkan cara pandang baru bagi masyarakat dalam menghadapi dan menjalankan kegiatan konsumsi.
Berbeda dengan era sebelumnya,
dimana pada era ini bukan standarisasi gaya hidup yang dominan, melebihi
standar lainnya. Sebaliknya, kita semua menjadi bagian yang terlibat dalam
munculnya berbagai subkultur dan narasi mikro yang muncul sebagai respon budaya
konsumtif, yang secara positif dapat dimaknai sebagai pengakuan atas keberagaman
identitas.
Identitas individu tidak lagi
dipandang sebagai entitas yang baku, melainkan sebagai pola yang dihasilkan
oleh konstruksi sosial yang cair dan akan terus berkembang seiring zaman,
dengan mengkuti paradigma sosial yang juga ikut tumbuh dan berubah. Masyarakat modern
yang tidak lagi terbatas pada norma tertentu memungkinkan mereka untuk mengadopsi
berbagai elemen budaya asing ke dalam identitas mereka.
Globalisasi yang memunculkan
sebuah pandangan baru tentang dunia tanpa sekat telah menawarkan kita untuk
akses terhadap berbagai budaya dan gaya hidup di luar sana, menjadikan akses
informasi yang bisa kita saksikan semakin bervariasi dan cara kita menemukan
informasi itupun menjadi lebih mudah. Teknologi modern yang menjadi kanal
informasi, terutama media sosial, telah menjembatani pandangan masyarakat
tentang identitas menjadi semakin luas. Tiap orang dapat dengan mudah terhubung
dengan subkultur dan narasi yang mencerminkan kecenderungan dan nilai-nilai yang
mereka anut.
Peningkatan ekonomi secara global
juga berkorelasi tentang peluang bagi masyarakat di berbagai penjuru dunia
untuk terlibat dan mengujicoba berbagai macam produk dan gaya hidup dalam
keseharian mereka. Naiknya perekonomian secara global yang membuka akses pada pasar
dunia telah menghasilkan berbagai produk imitasi yang membuat orang dapat
menyesuaikan gaya hidupnya berdasarkan aksesori tertentu. Baik pakaian,
aksesori, atribut tertentu, ataupun playlist music. Keberagaman menjadi semakin
terjangkau dan dapat diakses oleh lebih banyak orang.
Fragmentasi dalam konsumerisme postmodern menciptakan standarisasi terhadap "normal" atau "trendi" menjadi semakin tersamarkan. Semua keunikan yang dihasilkan perbedaan berdasarkan standar yang makin terkristalisasi secara global membuat kita dapat dengan mudah menyaksikan munculnya berbagai gaya hidup yang menciptakan keragaman identitas.
Kondisi ini merupakan sebuah
dinamika yang muncul dan dipengaruhi oleh Minat bersama, terlepas dari batasan
geografis apapun. Subkultur yang menciptakan ruang untuk setiap orang mengekspresikan
diri ke dalam identitas yang lebih khusus. Ditambah lagi semakin luasnya jumlah
produk dan merek yang tersedia memberikan konsumen lebih banyak pilihan bagi
masyarakat. Seseorang cenderung lebih fokus pada apa yang menggambarkan diri
mereka, daripada mengikuti norma kolektif yang dianggap normal dan wajar.
Munculnya sekelompok klub fans band
metal yang sering menggunakan Celana Jeans dan gaya penampilan Skinhead. Munculnya
sekelompok pemuda dengan jaket lusuh, tas laptop yang bergoyang dengan
lagu-lagu jepang. Munculnya sekelompok perempuan yang kemana-mana membawa linghtstick
dari konser boyband favorit mereka yang senantiasa me-reply semua postingan
K-pop favorit mereka. Atau mungkin nanti akan muncul gerakan konservasi
lingkungan yang menginisiasi untuk penghematan air dengan tidak mandi selama
beberapa hari, walaupun aneh tapi ini masih memungkinkan.
Dalam keberagaman yang semakin
membuat kita canggung pada identitas sosial yang kita miliki. Perlu kiranya
kita untuk membangun sikap yang terbuka. Kesadaran akan bagaimana media dan
teknologi membentuk pandangan mereka terhadap identitas dapat membantu
masyarakat untuk bersikap lebih kritis dalam mengonsumsi informasi dan
menghargai perbedaan identitas yang ada tanpa kecanggungan.
Memang selalu ada sisi penolakan
dalam diri yang berusaha menolak perbedaan yang ada, karena secara alami otak
kita dituntut untuk mempertahankan eksistensi dengan gagasan kesamaan adalah
keamanan. Keraguan kita akan identitas yang muncul diakibatkan oleh munculnya
orang-orang dengan gaya yang eksentrik atau dengan pola hidup tertentu perlu
disikapi dengan menerimanya. Tentunya selama tidak mengganggu norma yang
disepakati secara sosial.
Budaya konsumsi yang telah menjadi panggung di mana identitas terletak dalam keberagaman dan fragmentasi berdasarkan realitas baru dari masyarakat modern. Perbedaan gaya hidup dan pola konsumsi dari masyarakat adalah sebuah realitas baru di dunia yang tidak perlu dipandang secara sinis. Karena, kenyataan dunia yang semakin beragam memunculkan keraguan atas identitas, mengikuti arus utama ataupun melawan arus utama adalah pilihan individual.