Krisis Identitas dan Budaya Konsumerisme di Era Postmodern

Ilustrasi - X @nctsmtown

Sumber Daya Pikiran - Paradigma sosial mengalami pergeseran yang signifikan, terutama dalam urusan budaya konsumsi. Dinamika sosial era postmodern memunculkan cara pandang baru bagi masyarakat dalam menghadapi dan menjalankan kegiatan konsumsi.

Berbeda dengan era sebelumnya, dimana pada era ini bukan standarisasi gaya hidup yang dominan, melebihi standar lainnya. Sebaliknya, kita semua menjadi bagian yang terlibat dalam munculnya berbagai subkultur dan narasi mikro yang muncul sebagai respon budaya konsumtif, yang secara positif dapat dimaknai sebagai pengakuan atas keberagaman identitas.

Identitas individu tidak lagi dipandang sebagai entitas yang baku, melainkan sebagai pola yang dihasilkan oleh konstruksi sosial yang cair dan akan terus berkembang seiring zaman, dengan mengkuti paradigma sosial yang juga ikut tumbuh dan berubah. Masyarakat modern yang tidak lagi terbatas pada norma tertentu memungkinkan mereka untuk mengadopsi berbagai elemen budaya asing ke dalam identitas mereka.

Globalisasi yang memunculkan sebuah pandangan baru tentang dunia tanpa sekat telah menawarkan kita untuk akses terhadap berbagai budaya dan gaya hidup di luar sana, menjadikan akses informasi yang bisa kita saksikan semakin bervariasi dan cara kita menemukan informasi itupun menjadi lebih mudah. Teknologi modern yang menjadi kanal informasi, terutama media sosial, telah menjembatani pandangan masyarakat tentang identitas menjadi semakin luas. Tiap orang dapat dengan mudah terhubung dengan subkultur dan narasi yang mencerminkan kecenderungan dan nilai-nilai yang mereka anut.

Peningkatan ekonomi secara global juga berkorelasi tentang peluang bagi masyarakat di berbagai penjuru dunia untuk terlibat dan mengujicoba berbagai macam produk dan gaya hidup dalam keseharian mereka. Naiknya perekonomian secara global yang membuka akses pada pasar dunia telah menghasilkan berbagai produk imitasi yang membuat orang dapat menyesuaikan gaya hidupnya berdasarkan aksesori tertentu. Baik pakaian, aksesori, atribut tertentu, ataupun playlist music. Keberagaman menjadi semakin terjangkau dan dapat diakses oleh lebih banyak orang.

Fragmentasi dalam konsumerisme postmodern menciptakan standarisasi terhadap "normal" atau "trendi" menjadi semakin tersamarkan. Semua keunikan yang dihasilkan perbedaan berdasarkan standar yang makin terkristalisasi secara global membuat kita dapat dengan mudah menyaksikan munculnya berbagai gaya hidup yang menciptakan keragaman identitas.

Kondisi ini merupakan sebuah dinamika yang muncul dan dipengaruhi oleh Minat bersama, terlepas dari batasan geografis apapun. Subkultur yang menciptakan ruang untuk setiap orang mengekspresikan diri ke dalam identitas yang lebih khusus. Ditambah lagi semakin luasnya jumlah produk dan merek yang tersedia memberikan konsumen lebih banyak pilihan bagi masyarakat. Seseorang cenderung lebih fokus pada apa yang menggambarkan diri mereka, daripada mengikuti norma kolektif yang dianggap normal dan wajar.

Munculnya sekelompok klub fans band metal yang sering menggunakan Celana Jeans dan gaya penampilan Skinhead. Munculnya sekelompok pemuda dengan jaket lusuh, tas laptop yang bergoyang dengan lagu-lagu jepang. Munculnya sekelompok perempuan yang kemana-mana membawa linghtstick dari konser boyband favorit mereka yang senantiasa me-reply semua postingan K-pop favorit mereka. Atau mungkin nanti akan muncul gerakan konservasi lingkungan yang menginisiasi untuk penghematan air dengan tidak mandi selama beberapa hari, walaupun aneh tapi ini masih memungkinkan.

Dalam keberagaman yang semakin membuat kita canggung pada identitas sosial yang kita miliki. Perlu kiranya kita untuk membangun sikap yang terbuka. Kesadaran akan bagaimana media dan teknologi membentuk pandangan mereka terhadap identitas dapat membantu masyarakat untuk bersikap lebih kritis dalam mengonsumsi informasi dan menghargai perbedaan identitas yang ada tanpa kecanggungan.

Memang selalu ada sisi penolakan dalam diri yang berusaha menolak perbedaan yang ada, karena secara alami otak kita dituntut untuk mempertahankan eksistensi dengan gagasan kesamaan adalah keamanan. Keraguan kita akan identitas yang muncul diakibatkan oleh munculnya orang-orang dengan gaya yang eksentrik atau dengan pola hidup tertentu perlu disikapi dengan menerimanya. Tentunya selama tidak mengganggu norma yang disepakati secara sosial.

Budaya konsumsi yang telah menjadi panggung di mana identitas terletak dalam keberagaman dan fragmentasi berdasarkan realitas baru dari masyarakat modern. Perbedaan gaya hidup dan pola konsumsi dari masyarakat adalah sebuah realitas baru di dunia yang tidak perlu dipandang secara sinis. Karena, kenyataan dunia yang semakin beragam memunculkan keraguan atas identitas, mengikuti arus utama ataupun melawan arus utama adalah pilihan individual.

Lebih baru Lebih lama