Sumber Daya Pikiran - Perkembangan teknologi, terutama melalui Internet, telah menjadi katalisator utama perubahan dalam peradaban manusia. Sejak awal abad ke-21, dunia telah menyaksikan transformasi yang signifikan dalam segala aspek kehidupan sehari-hari, budaya, ekonomi, dan sosial. Internet tidak lagi hanya menjadi alat komunikasi atau sumber informasi, melainkan fondasi bagi sebuah peradaban baru yang terus berkembang.
Gagasan tentang Internet of Things (IoT) membawa kita ke era
di mana segala sesuatu terhubung. Mulai dari perangkat rumah tangga hingga
kendaraan, semuanya dapat diakses dan dikendalikan melalui internet. Hal ini
menciptakan sistem yang lebih efisien, tetapi juga memunculkan pertanyaan baru
seputar keamanan, privasi, dan juga termasuk di dalamanya masalah dampak
lingkungan.
Peradaban baru internet tidak hanya menciptakan peluang dan kemudahan,
tetapi juga tantangan untuk mengelola dampak dan tanggung jawab terhadap semua
masalah modern dengan menghadirkan solusi yang juga modern. Arah dari peradaban
yang saat ini kita jalani ini, akan terus membentuk tentang bagaimana manusia
menggunakan dan merespons inovasi-inovasi yang terus muncul dalam era digital.
Nicholas Carr, melalui karyanya yang berjudul "The
Shallows: What the Internet Is Doing to Our Brains," memberikan gagasan yang
mungkin dapat merangsang pikiran tentang bagaimana akses mudah ke informasi
dapat membentuk dinamika tantangan kognitif dan, pada gilirannya, memengaruhi
perjalanan pada perkembangan pribadi kita.
Tulisan tersebut dapat kita jadikan sebagai bahan untuk
melakukan refleksi secara mendalam tentang bagaimana internet memainkan peran
dalam mengubah cara kita melihat sesuatu, juga cara kita berpikir. Kemudahan
akses informasi tanpa batas dan ketergantungan pada teknologi telah menciptakan
realitas baru dalam menanggapi stimulus kognitif yang terjadi di dalam kepala
kita. Sebuah realita yang perlu kita sikapi secara kritis pada era modern, yang
muncul dari sini adalah sejauh mana perubahan ini dapat mempengaruhi perjalanan
kita menuju perkembangan.
Bukan dalam makna perkembangan dalam tumbuh kembang anak,
namun juga tentang bagaimana kita dapat memaknai perubahan sosial yang terjadi
di tengah masyarakat dengan kewarasan berpikir yang sempurna. Perubahan dunia
yang terdistrupsi ide dan gagasan tentang teknologi tentu saja jadi katalisator
manusia modern untuk memandang segala sesuatu.
Dalam peralihan paradigma yang dianut masyarakat modern di
mana segala sesuatu dapat diakses dengan sekejap melalui ujung jari, muncul
pertanyaan mendalam tentang bagaimana hal ini memengaruhi upaya kita untuk
memahami diri sendiri. Apakah kita, dalam kecepatan dan kecanggihan teknologi
harus kehilangan keintiman dengan diri kita sendiri? Proses pembentukan
identitas dan pemahaman diri mungkin menjadi terhambat oleh banjir informasi
yang terus-menerus mengalir melalui layar ponsel dan komputer kita.
Tidak hanya itu, tetapi perubahan dalam respons otak
terhadap stimulus informasi juga memberikan perspektif yang mencengangkan.
Dalam dunia yang begitu cepat berubah, apakah kita benar-benar mampu memproses
informasi dengan mendalam dan kritis? Ketergantungan pada kecepatan dan
kemudahan akses mungkin mengarah pada kurangnya waktu dan ruang untuk refleksi
pribadi secara mendalam.
Sebagai manusia yang dilahirkan di tengah perkembangan era
digital ini, kita mendapati diri kita dihadapkan pada pertanyaan mendasar,
yakni “apakah kita dapat mengatasi tantangan teknologi ini tanpa mengorbankan
inti dari perkembangan pribadi?”, lalu bagaimana kita dapat menyelaraskan
kecepatan informasi dengan kebutuhan akan pemahaman diri yang lebih dalam?
Dalam tulisannya, Carr menciptakan narasi yang memaksa kita
untuk mempertanyakan sejauh mana kita terlibat dalam aliran informasi yang tak
henti ini. Dia memaparkan tentang bagaimana kecepatan internet mempengaruhi cara kita berpikir. Dalam sebuah dunia yang dipenuhi dengan notifikasi dan
fakta instan, apakah kita kehilangan kemampuan untuk fokus dan merenung.
Tantangan yang muncul adalah bagaimana kita dapat menjaga
keseimbangan antara akses mudah terhadap informasi dan kebutuhan akan refleksi atas
keadaan diri dan kondisi sosial yang mengalami perubahan, yang perlu menjadi
bahan renungan untuk berfikir secara mendalam. Dalam keadaan di mana pemahaman
diri dan identitas pribadi semakin penting, kita perlu menggali apakah
kecepatan informasi dapat mendukung atau bahkan menghambat perkembangan pribadi
dalam setiap rangkaian informasi yang kita serap.
Penting untuk diingat bahwa internet hakikatnya bukanlah
musuh perkembangan bagi individu. Sebaliknya, kehadiran internet merupakan
medium yang selayaknya kehadirannya dapat memberikan akses kepada pengetahuan
dan pemahaman yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan kepada hal-hal yang
belum pernah terfikirkan sebelumnya. Namun, bagaimana kita sebagai individu dan
sebagai masyarakat mengelola dan berinteraksi dengan alat ini adalah kunci
untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan diri dan kebutuhan informasi yang
perlu kita konsumsi.
Kemudahan akses informasi yang kita nikmati saat ini membawa
implikasi kritis terkait kebebasan dan tanggung jawab. Apakah kita sebagai
individu mampu menyaring dan menilai informasi dengan bijak? Apakah kita dapat
menggunakan alat ini untuk mendukung perkembangan pribadi kita daripada
menghambatnya?
Respons otak kita terhadap stimulus informasi juga
menunjukkan pergeseran yang signifikan. Dalam dunia yang penuh dengan pemecahan
masalah yang cepat dan tanggapan instan, kemampuan kita untuk merenung dan
memproses informasi secara mendalam mungkin terpengaruh. Ini tidak hanya
memengaruhi cara kita belajar, tetapi juga cara kita membangun pemahaman diri. Apakah
kita benar-benar mampu memahami dan mengenali diri kita sendiri dengan baik
ketika informasi terus mengalir begitu cepat? Lalu, bagaimana hambatan terhadap
perkembangan individu adalah tentang bagaimana kita dapat menemukan waktu dan
ruang untuk refleksi pribadi dalam dunia yang selalu terhubung lewat jaringan
nirkabel setiap harinya.
literasi digital dengan kualitas informasi yang memadai
perlu untuk terus kita konsumsi. Sumber daya pikiran yang dapat melibatkan
kemampuan kita untuk mengelola informasi dengan baik dan bijaksana. Sehingga
hasil; yang ditimbulkan dari kegiatan untuk mengelola informasi tersebut dapat
menhasilkan sebuah temuan yang bermanfaat dan tidak merugikan.
Dalam penerapannya, hal ini melibatkan kemampuan untuk menyaring informasi yang diterima, menilai keandalan sumber, dan menggunakan teknologi sebagai alat yang mendukung perkembangan individu untuk tumbuh, bukan sebagai gantinya. Kehadiran manusia yang semakin kehilangan peran oleh kehadiran internet.
Sebagai individu di era digital ini, kita memiliki tanggung
jawab untuk mengelola pengaruh teknologi pada perjalanan perkembangan pribadi
kita. Kita perlu menjadi pelaku yang sadar, bukan hanya penerima pasif dari
aliran informasi yang tak henti. Bagi Carr, dampak teknologi yang kita serap
akan sangat mempengaruhi cara otak kita berpikir dan mengolah informasi. Sebagai
sebuah rujukan untuk melakukan refleksi pribadi yang mendalam.
Ketika kita membahas perubahan respons otak terhadap
stimulus informasi, pertanyaan muncul seputar bagaimana hal ini dapat
memengaruhi kemampuan kita untuk berkembang melalui tantangan. Respons otak
yang lebih cepat dan singkat, yang diperoleh melalui paparan yang berulang
terhadap stimulus dari media sosial atau konten online yang instan, dapat
mengarah pada kesulitan dalam memproses pengalaman yang terjadi dengan tetap
menjadi manusia yang utuh.